Minggu, 23 Juni 2013

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN HADIST


LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN HADIST DAN PENGAPLIKASIANNYA
TUGAS MATA KULIAH STUDI AL-HADITH


 





Dosen Pengampu:
Dr. Ach Zuhdi DH, M.Fil.I

Oleh
Qolbi Lil Afafah                     (A02212092)
Badrus Syamsi                        (A52212119)
                       Niswatun                                 (A52212122)


FAKULTAS ADAB
JURUSAN SEJARAH DAN PERADAPAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2013


BAB I

PENDAHULUAN

Ada beberapa argumen yang mendasari pentingnya penelitian Hadist, yakni: Pertama, terkait dengan posisi Hadist sebgai sumber Islam, Kedua, terkait dengan historisitas hadist. Arguman histori ini mencakup alasan karena tidak semua hadist telah tertulis di masa Nabi, secara faktual telah terjadi sejumlah manipulasi dan pemalsuan hadist bahwa proses kodifikasi hadist terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama jumlah kitab hadist yang banyak dengan metode dan kualifikasi penyusunan yang beragam serta telah terjadi proses transfomasi hadist secara makna.

Ada banyak proses metode dan proses untuk meneliti suatu hadist untuk bertujuan agar bisa tahu hadist itu shahih atau tidak. Banyak kjuga kendala-kendala yang dihadapi pada saat meneliti suatu Hadist. Kami sebagai pemakalah akan menjelaskan beberapa proses penelitian suatu hadist dan proserur-prosedur apa saja yang harus dilakukan untuk menliti Hadist.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Kode Etik Penelitian Hadist dan Kritik Hadist
Periwayatan hadist tidak dapat dilakukan secara serampangan. Terdapat beberapa aturan dalam melakukan penelitian dan kritik periwayatan Hadist. Syarat-syarat yang terkait dengan subjektif yang harus dipenuhi oleh seorang kritikus cukup banyak.[1] Secara garis besar syarat-syarat tersebut sebagai berikut:
1.      Syarat yang berkenaan dengan sikap pribadi
a.       Bersifat adil
b.      Tidak bersiafat fanatik terhadap aliran yang dianutnya
c.       Jujur
d.      Taqwa
e.       Wara’
2.      Syarat berkenaan dengan penguasaan pengetahuan yakni memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam berkenaan dengan:
a.       Ajaran Islam
b.      Bahasa Arab
c.       Hadist dan ilmu Hadist
d.      Pribadi riwayat yang dikritiknya
e.       Adat istiadat yang berlaku.[2]
B.     Penelitian Sanad dan Prosedur Penerapannya
Adapun bagian Hadist yang diteliti adalah Matan dan Sanadnya. Kritik Sanad merupakan telaah atas prosedur periwayatan Hadist melalui jalur Sanad dari sejumlah perawi yang secara runtut menyampaikan matan-matan Hadist hingga perawi terakhir.[3] Kriteria dalam kritik sanad meliputi:
1.      Sanad yang bersambung
Prosedur yang dipakai untuk mengetahui kebersambungan sanad adalah:
a.       Mencatat semua perawi
b.      Mempelajari semua biografi dan aktifitas keilmuan setiap perawi
c.       Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara perawi dengan perawi terdekat sanad untuk mematiskan bahwa satu perawi pernah bertemu dengan perawi senelumnya.[4]
2.      Perawi bersifat adil
Adilnya perawi menurut imam Muhyidin dilihat dari 4 kriteria yaitu:
a.       Islam
b.      Mukallaf
c.       Tidak tasiq dan senantiasa menjaga citara dan martabatnya
3.      Perawi bersifat Dhabit
Sifat dhabit diketahui melalui hal-hal sebagai berikut:
a.       Tidak banyak lupa ketikameriwayatkan Hadist
b.      Masih hafal ketika merwayatkan dengan makna.
4.      Terhindar dari Syadz
Adanya syadz dalam Hadist menurut Al syafi’I adalah Hadist tertentu diriwayatkan oleh seorang periwayat tsiqah yang bertentangan dengan periwayat yang lebih banyak yang juga tsiqah.[5] Metode kritik untuk mengetahui keadaan syadz suatu hadist dapat diterapkan dengan cara sebagai berikut:
a.       Semua sanad yang memiliki matan Hadist yang pokok masalahnya sama dikumpulkan menjadi satu dan kemudian dibandingkan.
b.      Para perawi dalam setiap perawi sudah dietliti kualitasnya.
c.       Apabila dari seluruh perawi tsiqah ternyata ada seorang perawi yang sanadnya menyalahi sanad-sanad yang lain maka dimasukkan dalam syadz.
d.      Terhindar dari illat.


C.    Penelitian Matan
1.      Tata cara kritik Matan
Menurut Syuhudi Ismail metodologi kritik Matan dibagi menjadi 3 bagian:[6]
a.       Meneliti Matan dengan kualitas Sanadnya
Langakah yang dilakukan dengan melihat kualitas sanad melahirkan beberapa kemungkinan:
1)    Sanadnya shahih dan matannya shahih
2)    Sanadnya shahih dan matannya dhaif
3)    Sanadnya dhaif dan matannya shahih
4)    Sanadnya dhaif dan matannya dhaif
b.      Meneliti susunan matan yang bermakna
c.       Meneliti kandungan makna
Dalam meneliti kandungan makna, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan matan-matan yang mempunyai masalah yang sama, kemudian apabila matan yang dibandingkan tersebut sama  bahwa penyelidikan sudah berakhir. Secara lebih singkat penelitian matan adalah tidak ada Syadz dan Ilat.
D.    Kriteria Penilaian Keshahihan Matan
Tolak ukur yang dijadikan pegangan oleh ulama’ untuk menilai keshahihan Hadist berbeda-beda. Al-Khatib al-Bagdad misalnya menjelaskan bahwa Matan Hadist yang Maqbul adalah memiliki indikator sebagai berikut:[7]
1.      Tidak bertentangan dengan akal
2.      Tidak bertentangan hukum alquran
3.      Tidak bertentangan dengan hadist mutawatir
4.      Tidak bertentangan dengan amalan yang menjadi kesepakatan ulama’ masa lalu
5.      Tidak bertentangan dengan dalil yang sudah pasti
6.      Tidak bertentangan dngan hadist yang kualitasnya keshahiannya lebih kuat.
E.     Prosedur Operasional Penelitian Hadist
1.      Penelitian sanad hadist melalui komputer
2.      Penelitian hadist melalui koleksi kitab
a.       Penelitian Sanad
1)   Melakukan takhry al-hadist berdasarkan penggalan lafadz atau topik hadist
2)   Menelusuri letak hadist pada kitab hadist berdasarkan informasi kitab kamus hadist
3)   Menulis lengkap dengan sanad, matan dan mukharriyal hadistnya
4)   Menyusun rinci sanad hadist
5)   Meneliti kebersambungan sanad hadist berdasarkan data biografi perawi
6)   Meneliti keadilan dan kedhabitan perawi
7)   Mengambil kesimpulan tentang nilai sanad
b.      Penelitian Matan
1)      Membandingkan hadist dengan ayat alquran yang sesuai
2)      Membandigkan hadist yang diteliti dengan hadist lain yang shahih atau lebih shahih
3)      Membandingkan hadist dengan fakta sejarah
4)      Membandingakan hadist dengan rasio dan perkembangan ilmu pengetahuan
5)      Mengambil kesimpulan tentang nilai Matan.

 




BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tolak ukur yang dijadikan pegangan oleh ulama’ untuk menilai keshahihan Hadist berbeda-beda. Meneliti dan mengritik senuah hadist tiak harus seenaknya saja terdapat beberapa aturan dan syarat-syarat dalam melakukan penelitian dan kritik periwayatan Hadist yaitu berkenaan dengan sikap pribadi dan juga penguasaan ilmu pengetahuan harus sangat luas dan mendalam.
Prosedur-prosedur penelitian hadist juga harus dilakukan. Prosedur penelitian hadist ada dua macam yakni Penelitian sanad hadist melalui komputer dan penelitian hadist melalui koleksi kitab..


[1] Dr. Idri, M. ag, Study Hadist, (Jakarta:Kencana, 2010) hlm 296.
[2] Ahmad Ibn Ali Hajar Al Asqilani, Nushah Al Nashar Syarh Nakhbah Al fikar, (Semarang: Maktbah Al-Munawar) hlm 67-68.
[3] Dr, Hj. Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadist, (Malang: UIN_Maliki Press) hlm 184.
[4] Husein Yusuf, Kriteria Hadist Shahih : Kritik Sanad dan Matan (Makalah seninar Universitas Yogyakarta, 1992).
[5] Ibn Al-Shalah, U’lum al-Hadist (Madinah: Maktabah Al-ilmiyah, 1972) hlm 48.
[6] Shuyusi Ismail, Metodologi Penelitian Hadist Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987) hlm 121-122
[7] Dr. Hj. Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadist, hlm 189.