LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN HADIST DAN
PENGAPLIKASIANNYA
TUGAS
MATA KULIAH STUDI AL-HADITH
Dosen
Pengampu:
Dr.
Ach Zuhdi DH, M.Fil.I
Oleh
Qolbi
Lil Afafah (A02212092)
Badrus
Syamsi (A52212119)
Niswatun (A52212122)
FAKULTAS
ADAB
JURUSAN
SEJARAH DAN PERADAPAN ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa argumen yang mendasari pentingnya penelitian Hadist, yakni: Pertama, terkait dengan posisi Hadist sebgai sumber Islam, Kedua, terkait dengan historisitas hadist. Arguman histori ini mencakup alasan karena tidak semua hadist telah tertulis di masa Nabi, secara faktual telah terjadi sejumlah manipulasi dan pemalsuan hadist bahwa proses kodifikasi hadist terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama jumlah kitab hadist yang banyak dengan metode dan kualifikasi penyusunan yang beragam serta telah terjadi proses transfomasi hadist secara makna.
Ada banyak proses metode dan proses untuk meneliti suatu hadist untuk
bertujuan agar bisa tahu hadist itu shahih atau tidak. Banyak kjuga
kendala-kendala yang dihadapi pada saat meneliti suatu Hadist. Kami sebagai
pemakalah akan menjelaskan beberapa proses penelitian suatu hadist dan
proserur-prosedur apa saja yang harus dilakukan untuk menliti Hadist.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kode
Etik Penelitian Hadist dan Kritik Hadist
Periwayatan hadist tidak dapat dilakukan
secara serampangan. Terdapat beberapa aturan dalam melakukan penelitian dan
kritik periwayatan Hadist. Syarat-syarat yang terkait dengan subjektif yang
harus dipenuhi oleh seorang kritikus cukup banyak.[1]
Secara garis besar syarat-syarat tersebut sebagai berikut:
1. Syarat
yang berkenaan dengan sikap pribadi
a. Bersifat
adil
b. Tidak
bersiafat fanatik terhadap aliran yang dianutnya
c. Jujur
d. Taqwa
e. Wara’
2. Syarat
berkenaan dengan penguasaan pengetahuan yakni memiliki pengetahuan yang luas
dan mendalam berkenaan dengan:
a. Ajaran
Islam
b. Bahasa
Arab
c. Hadist
dan ilmu Hadist
d. Pribadi
riwayat yang dikritiknya
e. Adat
istiadat yang berlaku.[2]
B.
Penelitian
Sanad dan Prosedur Penerapannya
Adapun
bagian Hadist yang diteliti adalah Matan dan Sanadnya. Kritik Sanad merupakan
telaah atas prosedur periwayatan Hadist melalui jalur Sanad dari sejumlah perawi
yang secara runtut menyampaikan matan-matan Hadist hingga perawi terakhir.[3]
Kriteria dalam kritik sanad meliputi:
1. Sanad
yang bersambung
Prosedur
yang dipakai untuk mengetahui kebersambungan sanad adalah:
a. Mencatat
semua perawi
b. Mempelajari
semua biografi dan aktifitas keilmuan setiap perawi
c. Meneliti
kata-kata yang menghubungkan antara perawi dengan perawi terdekat sanad untuk
mematiskan bahwa satu perawi pernah bertemu dengan perawi senelumnya.[4]
2. Perawi
bersifat adil
Adilnya
perawi menurut imam Muhyidin dilihat dari 4 kriteria yaitu:
a. Islam
b. Mukallaf
c. Tidak
tasiq dan senantiasa menjaga citara dan martabatnya
3. Perawi
bersifat Dhabit
Sifat
dhabit diketahui melalui hal-hal sebagai berikut:
a. Tidak
banyak lupa ketikameriwayatkan Hadist
b. Masih
hafal ketika merwayatkan dengan makna.
4. Terhindar
dari Syadz
Adanya syadz dalam Hadist menurut Al syafi’I adalah
Hadist tertentu diriwayatkan oleh seorang periwayat tsiqah yang bertentangan
dengan periwayat yang lebih banyak yang juga tsiqah.[5]
Metode kritik untuk mengetahui keadaan syadz suatu hadist dapat diterapkan
dengan cara sebagai berikut:
a. Semua
sanad yang memiliki matan Hadist yang pokok masalahnya sama dikumpulkan menjadi
satu dan kemudian dibandingkan.
b.
Para perawi dalam
setiap perawi sudah dietliti kualitasnya.
c.
Apabila dari seluruh
perawi tsiqah ternyata ada seorang perawi yang sanadnya menyalahi sanad-sanad
yang lain maka dimasukkan dalam syadz.
d.
Terhindar dari illat.
C.
Penelitian
Matan
1. Tata
cara kritik Matan
Menurut
Syuhudi Ismail metodologi kritik Matan dibagi menjadi 3 bagian:[6]
a. Meneliti
Matan dengan kualitas Sanadnya
Langakah yang dilakukan
dengan melihat kualitas sanad melahirkan beberapa kemungkinan:
1) Sanadnya
shahih dan matannya shahih
2) Sanadnya
shahih dan matannya dhaif
3) Sanadnya
dhaif dan matannya shahih
4) Sanadnya
dhaif dan matannya dhaif
b. Meneliti
susunan matan yang bermakna
c. Meneliti
kandungan makna
Dalam meneliti kandungan makna, langkah
pertama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan matan-matan yang mempunyai
masalah yang sama, kemudian apabila matan yang dibandingkan tersebut sama bahwa penyelidikan sudah berakhir. Secara
lebih singkat penelitian matan adalah tidak ada Syadz dan Ilat.
D.
Kriteria
Penilaian Keshahihan Matan
Tolak
ukur yang dijadikan pegangan oleh ulama’ untuk menilai keshahihan Hadist
berbeda-beda. Al-Khatib al-Bagdad misalnya menjelaskan bahwa Matan Hadist yang
Maqbul adalah memiliki indikator sebagai berikut:[7]
1. Tidak
bertentangan dengan akal
2. Tidak
bertentangan hukum alquran
3. Tidak
bertentangan dengan hadist mutawatir
4. Tidak
bertentangan dengan amalan yang menjadi kesepakatan ulama’ masa lalu
5. Tidak
bertentangan dengan dalil yang sudah pasti
6. Tidak
bertentangan dngan hadist yang kualitasnya keshahiannya lebih kuat.
E.
Prosedur
Operasional Penelitian Hadist
1. Penelitian
sanad hadist melalui komputer
2. Penelitian
hadist melalui koleksi kitab
a. Penelitian
Sanad
1) Melakukan
takhry al-hadist berdasarkan penggalan lafadz atau topik hadist
2) Menelusuri
letak hadist pada kitab hadist berdasarkan informasi kitab kamus hadist
3) Menulis
lengkap dengan sanad, matan dan mukharriyal hadistnya
4) Menyusun
rinci sanad hadist
5) Meneliti
kebersambungan sanad hadist berdasarkan data biografi perawi
6) Meneliti
keadilan dan kedhabitan perawi
7) Mengambil
kesimpulan tentang nilai sanad
b. Penelitian
Matan
1) Membandingkan
hadist dengan ayat alquran yang sesuai
2) Membandigkan
hadist yang diteliti dengan hadist lain yang shahih atau lebih shahih
3) Membandingkan
hadist dengan fakta sejarah
4) Membandingakan
hadist dengan rasio dan perkembangan ilmu pengetahuan
5) Mengambil
kesimpulan tentang nilai Matan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tolak
ukur yang dijadikan pegangan oleh ulama’ untuk menilai keshahihan Hadist
berbeda-beda. Meneliti dan mengritik senuah hadist tiak harus seenaknya saja terdapat
beberapa aturan dan syarat-syarat dalam melakukan penelitian dan kritik
periwayatan Hadist yaitu berkenaan dengan sikap pribadi dan juga penguasaan
ilmu pengetahuan harus sangat luas dan mendalam.
Prosedur-prosedur
penelitian hadist juga harus dilakukan. Prosedur penelitian hadist ada dua
macam yakni Penelitian sanad hadist melalui komputer dan penelitian hadist
melalui koleksi kitab..
[2] Ahmad Ibn Ali Hajar
Al Asqilani, Nushah Al Nashar Syarh Nakhbah Al fikar, (Semarang: Maktbah
Al-Munawar) hlm 67-68.
[3] Dr, Hj. Umi Sumbulah,
Kajian Kritis Ilmu Hadist, (Malang:
UIN_Maliki Press) hlm 184.
[4] Husein Yusuf,
Kriteria Hadist Shahih : Kritik Sanad dan Matan (Makalah seninar Universitas
Yogyakarta, 1992).
[5] Ibn Al-Shalah, U’lum al-Hadist (Madinah: Maktabah Al-ilmiyah,
1972) hlm 48.
[6] Shuyusi Ismail, Metodologi Penelitian Hadist Nabi,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1987) hlm 121-122
[7] Dr. Hj. Umi Sumbulah,
Kajian Kritis Ilmu Hadist, hlm 189.